Inovasi dalam pembelajaran
![]() |
Ilustrasi : Inovasi Pembelajaran |
Membuat blog erat kaitannya dengan inovasi. Sebelum melanjutkan materi peserta kelas menulis diminta mengisi survey di mentimeter. Salah satu pertanyaannya yaitu menyebutkan 3 hal yang merupakan tantangan dari inovasi/perubahan? Jawaban saya yang pertama lingkungan sekitar, kedua kurangnya motivasi, ketiga ketakutan akan gagal. Survey cepat yang diisi dalam 5 menit menampilkan hasil sebagai berikut :
Selama ini banyak salah paham terkait inovasi diantaranya :
Inovasi tidak melulu soal teknologi
Inovasi hanya lahir dari kepala sekolah yg hebat kemudian guru tinggal melaksanakan.
Inovasi adalah produk. Padahal inovasi adalah budaya.
Inovasi sama dengan kreativitas
Inovasi lahir dari sekumpulan orang pintar
Inovasi lahir dari kesulitan alias the power of kepepet.
Inovasi lahir begitu saja
Inovasi lahir karena dipaksa
Sedangkan menurut menurut kaum pendidik dan pemimpin di sekolah sebelumnya ada hal-hal yang menghambat inovasi seperti ujian nasional, pihak dinas, Rekan sekerja, Input siswa, waktu yg sedikit, bullying antar guru, kepala sekolah atau rekan sekerja yang cuek, biaya, sarpras, kurikulum, orang tua siswa dan kewajiban membuat administrasi pengajaran yang sering berstandar ganda.
Ada dua jenis perubahan yang terjadi di dunia pendidikan yaitu:
Disruptive
Perubahan bersifat memaksa. Aplikasi Ruang Guru misalnya ia bukan menggantikan peran guru. Aplikasi tersebut hanya menggantikan guru yang malas, yang mabuk akan status PNS namun malas belajar kembali, guru yang bahagia mengajar sekedarnya saja apalagi ditunjang oleh kepala sekolah yang cuek .
Incremental.
Mungkin tafsirannya adalah perubahan yang terstruktur, melibatkan semua pihak, didokumentasikan dan dirayakan saat ada perubahan/perbaikan sekecil apapun itu. Open minded terhadap kesalahan. Menjadikan kesalahan sebagai batu lompatan
Sebagai contoh kita bisa melihat bagaimana Google berkembang, sebagai perusahaan mereka punya rasio 80:20 yang artinya 80 persen waktu karyawannya digunakan untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan wajibnya. Sementara 20 persen digunakan untuk bereksperimen yang difasilitasi oleh perusahaan dengan memberikan kesempatan untuk berpresentasi di depan petinggi perusahaan. Karyawan yang inovasinya dipandang berharga akan diberi pembiayaan. Cakupan inovasi cukup luas, dan memang benar bahwa generasi saat ini menyukai teknologi. Disaat yang sama guru bisa menggabungkan keduanya misalnya dengan melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dahulu baru dicari apakah ada teknologi yang bisa mendukung. Misalnya guru yang berinovasi membuat siswanya rajin dan menjadi pandai menulis kemudian belajar cara membuat blog untuk kelasnya. Agar tulisan siswanya bisa dibaca lebih luas audiens nya. Jadi mesti aspek pedagogik dahulu baru teknologi.
Ide mengenai inovasi umumnya datang dari masalah yang terjadi. Sebuah solusi pemecahan masalah hanya bisa disebut inovatif apabila memberikan solusi, berbiaya murah, mudah ditiru, dan gampang dilacak bukti perubahannya. Jika kreativitas minim kita bisa menggunakan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) untuk diterapkan. Di linkungan sekolah sering kita menemukan guru-guru yang resisten terhadap perubahan hal ini tentunya akan sulit dihadapi namun setidaknya bisa diminimalisir agar dia tidak mempengaruhi atau memprovokasi guru lainnya dalam menghadapi perubahan. Kadangkala kita mendapatai rekan kerja yang cuek atau pimpinan sekolah yang cuek maka pastikan kita punya 'tempat bermain di luar' seperti komunitas yang sesuai. Bergabunglah dengan masyarakat kreatif. Banyak pendidik yang masuk jebakan pertemanan, misalnya di Facebook semata hanya masuk pada grup grup yang menyuarakan kesejahteraan tanpa mau lebarkan sayap, belajar dari orang yang sudah lebih dulu berkembang. Dengan menulis di blog maupun di media sosial, anda akan jadi orang yang 'terlihat' pintar dan kreatif. Jika anda lakukan berulang kali, maka dua sifat diatas akan melekat pada diri anda.
1. Mulai dengan berpikir kesulitan apa sebagai guru.
2. Mencari atau riset di internet mengenai solusi keluhan saya itu
3. Mengujicobakan di kelas
4. Menulis hasilnya di blog
Dengan menulis di blog ada banyak manfaat yang didapatkan antara lain makin mencintai dunia pendidikan, promosi dalam bidang pekerjaan. Waktu memulai menulis blog saya adalah guru, kemudian menjadi kepala sekolah dan saat ini menjadi konsultan, pembicara serta pemimpin program peningkatan kualitas pendidikan di beberapa provinsi di Indonesia. Berkat menulis dia juga berhasil menjadi pembicara, dikarenakan seorang pembicara tidak akan menjadi seorang yang handal tanpa ia menjadi penulis. Dikarenakan saat menulis ia akan melakukan riset yang akan membuat materi yang dibawakan sebagai pembicara menjadi bermakna. Ada hal yang tidak akan anda duga saat menjadi penulis. Keterampilan anda menjadi berbuah dengan tambahan profesi sebagai pemateri/pembicara dan fasilitator. Anda hanya harus belajar sedikit lagi mengenai andragogy (pendidikan orang dewasa). Menulislah singkat singkat saja. Terinspirasi betul dengan Seth Godin yang tiap hari menulis diblognya dengan singkat namun padat pengetahuan dan intisari pengalaman. Jika sudah terbiasa menulis maka akan merasa kurang jika belum menutup hari dengan menulis. Menuliskah dimana saja dan dengan alat apa saja. Kita dapat menulis menggunakan fasilitas notes di smart phone, sambil menikmati perjalanan berangkat kerja dengan komuter di pagi hari. Jadi tidak mesti menunggu berhadapan dengan laptop atau komputer baru menulis. Jika demikian mengapa bagi sebagian pendidik menulis di blog itu menjadi hal yang memberatkan, padahal dengan terampil dan menarik mereka menulis status di update media sosial mereka dengan tulisan menyentuh dan menggugah semangat? hal-hal berikut ini adalah bisa menjadi kemungkinan jawabannya. Menulis di blog perlu waktu lama untuk bisa dikenal publik atau bahkan bisa ‘tercium’ oleh mesin pencari google. Tidak ada instant gratification seperti kita menulis di facebook yang dalam waktu sekejap bisa dapatkan ‘jempol’ atau likes. Menulis di blog dianggap perlu punya latar belakang teori padahal tidak selalu. Blog lebih bernuansa ‘diary’ atau refleksi pengalaman.
Menulis blog dianggap seperti menulis makalah ilmiah yang membuat pendidik merasa mesti tampil ‘sempurna’. Jika pendidik itu kemudian berhasil menulis biasanya kemudian blognya menjadi lama diisi kembali dikarenakan energinya habis dan menjadi kehilangan selera untuk mengisinya kembali. Lebih baik menulis singkat. padat dan jelas daripada sekali menulis sempurna lalu setelah itu hilang.
Bayangkan jika semua pendidik berkenan berbagi pengalamannya lewat tulisan, singkat dan bersemangat, dijamin pendidikan Indonesia menjadi maju dan berkembang dalam waktu yang cepat. Hal ini dikarenakan cerita dari ‘lapangan’ bisa dibagi dan dibaca dan dijadikan inspirasi oleh si pembaca untuk diterapkan di sekolahnya masing-masing. Menulis blog berarti anda bersedia untuk keluar dari zona nyaman, Hal ini dikarenakan anda secara tidak sadar akan menekuni hal baru yang diperlukan kesabaran dan kesadaran dalam berbuat, anda akan tersenyum saat ingat pertama kali anda memulai dan anda akan menginspirasi orang lain.
Cepat sekali resumenya. Keren
BalasHapusTerimakasih Om Jay,semoga tetap semangat
BalasHapus