Satu Hari Satu Cerita
Membacakan cerita pada anak - anak menjelang tidur menjadi kebiasaan bagi sebagian orang. Kebiasaan ini juga sering kami lakukan sebagai orang tua dengan balita berusia 4 tahun yang sangat aktif. Dulu saat dia masih ASI momen tidurnya sangat mudah. Sambil menyusu dan langsung tertidur setelah berdoa. Ketika dia terpaksa melepas ASI karena kehadiran calon adik. Anak ini pun gamang, sudah seperti cacing kepanasan kalau disuruh tidur meskipun sudah ada botol susu ditangannya. Lalu sang Papa mengambil alih gadis kecilnya. Digendong, dinyanyikan, dibawa muter keliling rumah. Lalu dia mulai lelah dengan cara ini karena menguras tenaga dan butuh waktu lama.
Awalnya sang Papa bercerita tentang cerita anak yang didengarnya saat kecil. Jangan tanya bagaimana caranya dia bercerita. Saya sampai harus menahan tawa karena kosa kata yang dipilihnya terkesan janggal. Justru membuat putri kecil kami pusing dan tertidur lebih karena ocehan yang enggan dia tanggapi. Saya terkadang mengambil alih peran bercerita tapi si Putri sudah merasa lebih nyaman dengan Papanya. Dan saya fokus pada si kecil.
Seiring bertambah usianya gadis kecil kami sangat antusias terhadap cerita melebihi ketertarikannnya pada gambar. Ketertarikan ini juga saya dukung dengan membelikan buku - buku khusus balita. Dari mulai softbook sampai boardbook. Awalnya dengan buku yang dominan gambar dan sedikit tulisan, lalu dilanjutkan dengan buku - buku cerita fabel, pelajaran tentang akhlak, bahkan buku masakan disukai juga oleh anak saya.
Lalu hubungannya dengan Si Papa yang tiap malam bercerita apa? Ternyata kebiasaan bercerita yang masih berlangsung sampai saat ini berdampak pada banyaknya kosa kata yang dimiliki si anak. Ingatannya juga lebih baik, dia bisa menceritakan ulang sebuah kartun yang baru saja ditontonnya. Dia juga bisa menceritakan cerita yang disampaikan minggu lalu kepada adiknya. Bahkan membumbui cerita itu dengan imaginasinya sendiri. Si Papa pemilik cerita sudah lupa apa yang disampaikannya. Tapi si anak mengingatnya dengan baik.
Cerita - cerita si papa sudah habis diceritakan semua. Cerita dari buku yang kami belikan untuknya juga sudah dihafalnya diluar kepala. Setiap malam dia masih menagih cerita yang baru. Hingga sang Papa akhirnya punya beberapa tokoh utama yang siap dikembangkan jadi cerita baru tiap malam. Dalam cerita karangannya dia bisa menanamkan akhlak baik pada putri kami. Lewat cerita kami juga mengoreksi kesalahan yang dilakukannya siang tadi. Mengajarkan padanya pengetahuan baru dan juga kebiasaan baik. Memperkenalkan tentang tauhid lebih dalam dan mengajaknya mengakrabi Al Quran meskipun cuma melalui hafalan.
Banyak hikmah yang kami dapatkan lewat bercerita. Banyak yang berkomentar betapa cerewet dan rewelnya putri kami saat menanggapi sesuatu. Gadis kecil yang akan selalu bertanya apa, kenapa, dia baru akan puas dengan bilang "owh begitu" kalau pertanyaannya sudah terjawab. Tidak sedikit juga yang yang mengatakan pikirannya terlalu ruwet untuk anak seusianya. Sebagai orang tua kami lebih fokus bagaimana dia bisa menerima hal - hal baru dengan rileks dan tanpa beban. Setiap anak perkembangannya tidak sama bukan? Pengaruh lingkungan juga sangat penting dalam mendukung tumbuh kembangnya. Sudah kewajiban kita sebagai orang tua menyediakan lingkungan yang kondusif agar anak bisa tumbuh baik di masa golde age-nya.
Kalaupun anak berprestasi dari usaha yang kita bangun itu cuma bonus bukan target. Karena sejatinya masa anak - anak adalah waktu untuk bermain dan bersenang - senang. Jaga anak tetap bahagia dan tetap menjadikan orang tua sebagai dunianya sebelum dia melangkah ke usia selanjutnya. Keep Spirit Parents.
Posting Komentar untuk "Satu Hari Satu Cerita"