Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran daring menuntut guru untuk menyajikan media yang menarik dalam pembelajaran/ Agara siswa tetap duduk santai memperhatikan pelajaran yang diajarkan dalam 2 jam pelajaran. Memulai tahun ajaran baru di era new normal, sekolah tempat saya mengajar memberlakukan jadwal belajar dari jam 07.00 – 12.00 WITA. Di mulai dari hari senin sampai jumat, jika dibandingkan dengan tatap muka pemnbelajaran adaring ini terasa lebih berat bagi saya yang penglihatannya harus menggunakan alat bantu kaca mata. Saya berada 6 jam di depan computer untuk melayani siswa – siswa dari mulai menyampaikan materi, menjawab pertanyaan dan memeberi penjelasan.
Persiapan awal sebelum pembelajaran daring terjadwal ini dimulai, para guru sudah mempersiapkan diri dengan belajar bersama cara menggunakan google form, google slide, dan aplikasi lain yang dapat mendukung pembelajaran. Bagaimanapun ini adalah situasi yang baru bagi mereka. Guru – guru sebagai long life learner sangat bersemangat dalam belajar menguasai teknologi informasi dan komunikasi demi bisa memberikan yang terbaik bagi siswa – siswinya. Laboratorium computer dijadikan sebagai learning center untuk belajar. Guru Informatika ditunjuk menjadi mentor dadakan untuk memfasilitasi rekan – rekan sejawat yang mengalami kesulitan dalam menggunakan aplikasi di computer maupun smartphone. Kedua alat ini adalah senjata wajib dalam pemebelajaran daring.
Pada minggu pertama pembelajaran daring dimulai masih banyak guru yang kagok mengajar via WAG. Ada seorang rekan yang kesal karena materi yang disampaikannya tidak direspon siswa padahal saat dicek info chat tersebut sudah dilihat hamper semua siswa. Ternyata rekan saya lupa membuka pengaturan agar semua peserta bisa mengirim pesan di grup. Rekan guru yang lain ada yang salah masuk kelas karena bingung dengan banyaknya kelas yang beliau ajar. Ditambah lagi beberapa grup kelas menggunakan logo grup sekolah. Ada lagi cerita guru lain yang entah bagaimana setelah sesi mengajarnya selesai dia meremove siswa dari kelas tersebut tanpa sadar sehingga siswa harus menghubungi admin untuk bisa dimasukkan kembali ke dalam kelas. Di minggu ke – 2 belajar daring ini mulai lancer, setelah diakhir minggu pertama para guru mengevaluasi aktifitas baru yang mereka lakukan. Mulai dari menyiasati cara penyampaian materi agar interaktif, mengecek kehadiran siswa, sampai mengumpulkan kendala yang terjadi selama daring dan bersama – sama mencari solusi.
Bagaimanapun, komunikasi antara guru dan siswa dalam belajar daring ini harus ditingkatkan. Supaya pembelajaran lebih efektif. Wali kelas berperan sebagai fasilitator yang menghubungkan antara siswa dan guru mata pelajaran. Proses belajar juga dipantau oleh wali kelas bekerjasama dengan guru BK. Diakhir minggu mereka punya laporan berapa siswa yang berhalangan mengikuti pelajaran dan hambatan apa saja yang dihadapi siswa.
Posting Komentar untuk "Pembelajaran Jarak Jauh"