Judge the book by its cover

Judge the book by its cover

    Kita sering mendengar pepatah Dont judge a  book by its cover yang artinya kita tidak bisa menilai sesuatu dari tampilan luarnya saja. Kita juga harus memperhatikan bagian dalamnya. Pepatah ini kontradiktif dengan pepatah dalam bahasa jawa ono rego ono rupo. Artinya barang yang bagus harganya biasanya mahal. Pepatah tersebut juga dapat diartikan bahwa harga menentukan kualitas barang. Dan ketika kita menemukan barang-barang yang bagus tapi harganya murah tentu menjadi pertanyaan bagi kita. Apakah mata kita salah melihat atau ada sesuatu yang salah. Bagaimana sebuah produk dijual murah sedangkan produk sejenis dengan kualitas sama dijual lebih mahal. 

   Terkait dengan penampilan kita sering dengan mudah terkecoh dengan bagus itu identik dengan mahal. Kemarin seorang teman menawarkan saya sebuah buku antologi. Biasanya saya hanya membeli buku antologi yang di dalamnya ada tulisan saya. Ketika ditawarkan Buku ini niat awal saya adalah membeli karya teman. Selagi ada rezeki bagi saya tak masalah. Apalagi sang teman menawarkan diskon saya langsung ikutan PO buku tersebut. Buku pun sampai di tangan saya. Bagi saya hal pertama yang menarik dari buku berjudul kurikulum ngumpet itu  adalah layoutnya. Seperti yang kita ketahu dalam sebuah buku antologi ada banyak penulis yang terlibat. Pada bagian about penulis ditulis oleh orang lain. Setiap bab diisi dengan kertas warna-warni. Biasanya permainan warna lebih sering digunakan pada buku anak dengan tujuan menarik perhatian. Nyatanya orang dewasa seperti saya pun tertarik untuk tahu lebih jauh tentang buku tersebut hanya dari layoutnya. Saya kemudian mendapat informasi biaya layout saja dari buku tersebut hampir 10 kali biaya produksi 5 buku yang dicetak di indie publishing. 
    Hari ini saat iseng melihat-lihat buku di meja teman kerja saya. Orangnya lagi cuti dari beberapa buku di mejanya saya tahu dia suka membaca buku inspirasi. Saya menarik salah satu buku dan tergerak untuk membaca hanya dari melihat layout-nya. Lalu saat saya mulai membaca bagian dalam saya merasa buku ini seharusnya tidak setebal yang saya lihat. Tiap bab dituliskan sederhana hanya seperti sebuah curhatan. Jika saya hitung dalam satu bab bahkan tidak sampai 200 karakter. Spasi yang jauh antar kalimat dan banyak bagian yang dilayout mirip tulisan tangan. Beberapa kata dilingkari dan menggunakan tanda panah dan kalimat di blok dengan warna-warna terang. Sehingga sebagai pembaca kita diarahkan untuk fokus ke detail semacam itu. 
    Ketika penulis lain berjuang memenuhi bukunya dengan ribuan bahkan puluhan ribu kata supaya lebih 'berisi' di sisi lain ada buku-buku minim 'kata' namun padat dan ringan dibaca. Semua kembali ke selera pembaca. Ungkapan dont judge a book by its cover menurut saya tidak selalu bisa kita jadikan patokan. Dalam beberapa hal orang tak punya banyak waktu untuk menyelidiki atau mencari tahu tentang sesuatu secara detail. Tapi jika hal itu ditampilkan dari luar mungkin orang akan berpikir meluangkan waktu untuk mencari tahu. So cover its important. Salah satu nilai plus pertama saat akan membaca sebuah buku adalah melihat sampulnya, jika samulnya menarik maka keinginan untuk membaca buku tersebut akan semakin besar.

Posting Komentar untuk "Judge the book by its cover"