Jangan takut Writers Block


Baru belajar mnulis terus kena yang namanya writers block. Aduh. Writer's block is a condition, primarily associated with writing, in which an author loses the ability to produce new work or experiences a creative slowdown. This loss of ability to write and produce new work is not a result of commitment problems or lack of writing skills.[1]  ini kata wikipedia.com 
Saya baru saja mengalami ini. Saya sedang semangat - semangatnya mengedit buku perdana yang akan saya terbitkan. Motivator saya Om Jay menyarankan buku diedit semenarik mungkin karena akan ditawarkan ke penerbit mayor. Berbunga - bunga lah hati saya. Serasa ada angin segar di panas terik. Atas anjuran beliau juga saya berkonsultasi dengan seorang ibu penggiat Literasi Ibu Sri Sugiastuti. Beliau memberi beberapa masukan tentang bagaimana menyusun buku yang sumbernya dari kumpulan tulisan. Beliau sampai rela mengirimkan foto daftar isi dari buku kumpulan tulisannya yang sudah terbit untuk memotivasi saya. Supaya saya bisa mendapat gambaran bagaimana menyusun tulisan saya. 
Dulu di awal - awal saya suka menulis jaman putih biru masalah yang sering menyebabkan sya berhenti menulis adalah media. Rasanya sayang sekali menulis di buku tulis biasa. Selain terlalu tipis menjadi kurang ekslusif walaupun tujuan jelas unyu koleksi pribadi. Lalu saya mulai menulis pada kertas daur ulang yang diberi warna dan dihias dengan herbarium. Satu dua tulisan tulisana terkumpul dengan cantiknya tapi ketika jumlahnya bertambah saya kesulitan menyimpannya. Akhirnya saya membeli buku tebal dengan cover yang lumayan cantik. Buku itulah yang saya gunakan untuk emnulis segala sesuatu sampai saya beranjak putih abu - abu. Meskipun tanpa gembok seperti buku diary pada umumnya di masa itu saya tetap tidak pernah membiarkan buku saya dibaca orang lain. Sampai seorang teman dengan curiga menebak - nebak isinya adalah curhatan patah hati. Wkwkwkwkwk. Abaikan saja. Sebenarnya faktor pertama yang menyebabkan writers blocks bagi saya adalah ketakutan tulisan saya dibaca orang lain. Rasa minder ketika orang mulai  mengomentari dan menilai apa yang kita kerjakan? apakah ada yang seperti itu (Silahkan tulis di kolom komentar ya).
Di tahun 2000an saat mulai mengenal komputer impian menulis menggebu lagi namun terkendala kesibukan belajar dan mahalnya biaya untuk rental komputer pada saat itu. Disini writers block saya terjadi karena kesibukan dan ketiadaan media yang saya inginkan (padahal dulu - dulu tulis tangan oke - oke saja). Saat punya laptop sendiri justru saya sibuk mengetik sintaks program. Saya bahkan lupa bagaimana menulis fiksi dan Puisi yang dulu sangat saya gemari. Baru setelah menjadi guru saya mulai mengasah lagi kemampuan menuni baca menghayal yang ternyata dulu sangat mudah dilakukan. Namun ternyata konsintensi masih tidak terjaga. Baru ketika mulai mengikuti beberapa kelas menulis saat berlakunya Work From Home saya menantang diri saya sendiri untuk bisa menulis. Dan upaya ini ternyata membuahkan hasil keterlibatan dalam menulis beberapa buku antologi.
Sebagai penulis pemula saya agak pesimis tulisan saya bisa lolos di penerbit mayor. Karena itu jauh - jauh hari saya sudah membuat list biaya penerbitan di indie publishing. Daftar saya bertambah sejak mengikuti beberapa grup menulis. Jasa editing, layout, cover, dan ISBN harganya tergantung jumlah halaman dan banyak buku yang ingin dicetak. Harganya mulai 500rb dengan editing standar sebatas pengecekan typo. Saya meluncur lagi mencari layanan yang lebih support terhadap status saya sebagi penulis pemula yang ingin menulis dan menerbitkan buku sendiri. Menemukan harga yang lebih fantastis dari sebelumnya saya benar - benar tidak bisa melanjutkan tulisan saya yang tinggal proses editing. Hampir tiga minggu saya benar - benar tidak eingin menyentuh karya saya yang sebenarnya sudah 90% .
Dan ketika saya mulai berdamai dengan diri sendiri dan angka - angka yang sempat membuat saya writers block. Saya membuka kembali semangat sya untuk menulis dan membukatkan tekad untuk menulis dengan mengabaikan berbagai komentar negatif yang mingkin muncul. Mengesampingkan angka - angka untuk biaya penerbitan dan hanya fokus untuk menulis saja. Then, I Win. Saya kembali menulis apa yang saya tunda. Tidak ada lagi block. Just open all the door and let the wind blows. Tetap semangat menulis Guess!!!

Posting Komentar untuk "Jangan takut Writers Block"