Repost : MENYUNTING TULISAN

MENYUNTING TULISAN

Oleh MUCH. KHOIRI

Jjika kita sudah membuat draf pertama tulisan kita, tugas menulis kita belumlah selesai. Ada satu langkah penting lagi dalam proses menulis, yakni menyunting (editing) draf atau naskah tulisan kita. Nah, apa yang perlu kita lakukan dalam menyunting naskah?

Kita harus baca ulang draf kitamungkin tidak hanya cukup sekali, bisa dua atau tiga kali. Dalam hal ini kita harus berdiri sebagai pembaca, dan karena itu harus objektif memberikan penilaian. Intinya, proses membaca naskah sendiri ini untuk menemukan kekurangan atau kelebihan dari draf kitabaik menyangkut ide, pengorganisasian, maupun penggunaan bahasa.

 

Secara umum kita bisa bisa menambahkan variasi, penekanan, koherensi, transisi, dan detail (rincian). Kita juga bisa mengurangi kalimat bertele-tele (mubasir), irelevansi, dan inkonsistensi. Bagaimana praktiknya?

Terkait dengan penyuntingan ide, jika kekurangan keluasan dan kedalaman, kita harus menyisipkan atau menambahkan ide ke dalamnya. Misalnya, kita belum memasukkan contoh, kasus, kutipan, anekdot, dan sebagainya; karena itu, kita harus segera melunasi semua kekurangan itu.

Sementara itu, jika naskah kita kelebihan ide, misalnya terlalu rinci, atau terlalu banyak contoh kasus, kita harus segera menyeleksi mana yang paling relevan dengan topik bahasan. Selain itu, mungkin contoh-contoh yang kita ajukan tidak relevan; dan karena itulah, mereka harus diganti contoh yang baru dan relevan.

Pengorganisasian ide tidak kalah pentingnya. Kita cermati bagian-bagian tulisan, apakah sudah ada pembuka yang memikat, penjelasan atau uraian yang proporsial, dan penutup yang mengesankan atau mengejutkan? Mungkin ketiga bagian ini tak berlaku kaku untuk puisi. Namun, hakikatnya, sebagaimana siklus hidup, tulisan seharusnya mengandung ketiga bagian itu.

Selain itu, sudah runtutkah ide-ide yang kita tuangkan di dalam naskah kita? Apakah klasifikasi ide telah tercermin di dalam tulisan? Apakah sudah ada kepaduan dari keseluruhan ide? Apa lagi yang masih perlu ditambahkan atau dikurangi? Pertanyaan semacam ini perlu dikemukakan saat mencermati pengorganisasian tulisan.

Menyunting juga perlu membenahi penggunaan bahasa yang kita gunakan di dalam draf kita. Pertama hubungan subjek-predikat, kemudian pemilihan kata (diksi), dan penggunaan konteks yang tepat. Tentu saja, kita harus selalu berusaha untuk menggunakan kalimat-kalimat efektif, bukan hanya untuk melancarkan penyampaian maksud, melainkan juga untuk menunjukkan kecintaan kita berbahasa Indonesia.

Lebih lanjut, proses penyuntingan juga diarahkan untuk membenahi ejaan, tanda baca, dan mekanika (tata tulis) tulisan. Nama orang, instansi, organisasi, kota, dan sebagainya harus dimulai dengan huruf kapital. Ada aturan-aturan main yang harus ditaati bersama, agar tertib berbahasa bisa diwujudkan.

Singkatnya, revisi dan menyunting dimaksudkan untuk memoles, mengasah, melengkapi, menyempurnakan naskah, baik isi (content) maupun struktur pengembangan. Tak terlewatkan adalah membenahi mekanika (tata tulis), tata bahasa, diksi, ejaanhingga akurasi karya pun akan tampak meyakinkan.

Dengan demikian, menyunting itu  bukan pekerjaan mudah. Kita perlu membekali diri dengan pengetahuan kebahasaan intralinguistik dan ekstra linguistik, agar hasil suntingan kita memenuhi standar penyuntingan. Yang terpenting lagi, melakukan penyuntingan!

Setelah mencoret-coret, memotong, menambah, atau melengkapi draf kita, maka tibalah saatnya kita menyempurnakan draf itu. Penyempurnaan draf dilakukanbisa ditambah dengan membaca-ulangguna memperoleh draf final yang siap diserahkan atau dikirimkan kepada pembaca lain.

Dalam mengerjakan penyuntingan, sangat boleh jadi bahwa kita akan mendapati perbedaan-perbedaan antara draf awal dan draf finalentah isi maupun organisasi dan bahasanya. Jangan panik; itu wajar. Maksudnya, saat kita menyunting, kita bisa berpikir lebih baik dibanding saat menulis draf awaldan karena itu, kita berpeluang membenahinya.

Saya pernah membaca sebuah buku bagus berjudul In Transitions (1990) yang memuat draf-draf awal penulis hebat dunia. Draf-draf itu masih penuh coretan, koreksi, dan sisipanbaik bentuk (struktur generik) maupun isi (ide, gagasan). Ada proses penyuntingan di sana.

Ketika saya bandingkan draf yang ada di dalam buku In Transitions dengan draf final di buku lain (buku referensi mengajar), terdapat perbedaan yang signifikan. Para penulis telah merevisi (menyunting) bentuk dan isi karya mereka. Artinya, para penulis kelas dunia pun juga menempuh pembelajaran untuk memperbaiki karya mereka.

Jadi, begitulah, bagi penulis, menyunting itu bagian tak terpisahkan dengan pembuatan draf (drafting). Jika ada penulis enggan melakukannya, itu semata akibat kepercayaan diri yang terlalu besar akan kelayakan karya yang telah dihasilkannya. Padahal, soal kualitas tulisan bukanlah kita sendiri yang menilainya, melainkan masyarakat pembaca.

*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, trainer, editor, dan penulis 43 buku dari Unesa Surabaya. Artikel ini pendapat pribadi.

Posting Komentar untuk "Repost : MENYUNTING TULISAN"