Jika buku ditolak penerbit


Jika buku ditolak penerbit


Pertemuan ke-8 dari rangkaian belajar menulis gelombang 2 bersama Om jay malam mini narasumbernya beliau sendiri dikarenakan narasumber yang seharusnya mengisi berhalangan hadir. Profil Om Jay bisa dilihat di https://wijayalabs.com/ beliau adalah seorang Trainer, Teacher, Blogger, Fotografer, Motivator, Pembicara Seminar, Workshop PTK, dan Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar dan Workshop sebagai Pembicara di tingkat Nasional. Bersedia membantu para guru dalam bidang Karya Tulis Ilmiah (KTI) online. Berbagai Karya Tulisnya selalu masuk final di tingkat Nasional dan berbagai prestasi telah diraihnya. Untuk melihat foto kegiatannya dapat dilihat di blog https://wijayalabs.wordpress.com/
            Ketika kita menulis buku langkah selanjutnya tentu saja menerbitkan buku tersebut. Naskah buku yang dibawa ke penerbit tidak serta-merta dicetak sesuai keinginan kita, terutama di penerbit mayor. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu.  Hal ini menyebabkan penulis beralih penerbit indie.  Di penerbit indie, kita memerlukan uang untuk menerbitkan buku. Menurut pengalaman Om Jay dan Pak Dedi saat menerbitkan buku yang mengenal  penelitian tindakan kelas, ditolak oleh banyak penerbit dengan alasan mereka bukan dosen perguruan tinggi. Karena kecewa akhirnya memutuskan untuk menerbitkan buku sendiri dengan penerbit indie.
Suatu ketika seorang dosen bimbingan tesis dimana Om Jay mengambil program S2 bernama Prof. Conny R. Semiawan diminta membaca naskah buku penelitian tindakan kelas yang dibuat bersama Pak dedi Dwigatama dan sudah ditolak sembilan penerbit. Menurut Profesor Conny buku PTK tersebut isinya bagus. Layak untuk diterbitkan. Hanya perlu ditambahkan gambar supaya lebih menarik. Melalui Prof Coony juga akhirnya buku tersebut dilirik penerbit indeks yang akhirnya menawarkan bahwa buku mengenal PTK yang diterima dan akan diterbitkan oleh mereka. Keluarlah buku cetakan pertama berwarna kuning dan diluncurkan di pascasarjana UNJ rawamangun.

Buku PTK ini alhamdulillah laku di pasaran. Om Jay dan Pak Dedi banyak diundang menjadi pembicara dan nara sumber PTK. Dari uang royalty buku Om Jay bisa membeli ipad Apple yang saat itu masih langka penggunanya. Bukan hanya dapat royalti buku, mereka juga diundang menjadi pembicara untuk memberikan PTK ke kota-kota yg ada di Indonesia. Jadi sumber pendapatan mereka kala itu dari tiga sumber. Pertama penjualan buku. Pembicara PTK dan royalti buku. Pak dedi @dwitagama pernah bicara ingin pergi ke serambi mekah. Tak berapa lama ada telpon masuk dari bang muslim Armen.  Mereka diminta memberikan materi PTK di kota banda Aceh. Berkat buku ptk Om Jay dan Pak dedi keliling nusantara. Padahal dulunya, buku itu ditolak oleh 10 penerbit mayor. Dari penulis buku akhirnya mereka menjadi pembicara. Otomatis kemampuan public speaking kami harus terus diasah. Kesuksesan dari buku ini juga membawa mereka ke buku berikutnya.

Banyak orang takut memulai sesuatu karena takut gagal. Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Langkah awal menawarkan karya ke penerbit salah satunya dengan dicetak setelah disetujui baru kirimkan file aslinya. Hard Copy diperlihatkan lebih dulu supaya naskah tidak disalahgunakan. Kecuali kita percaya pada yang bersangkutan.
Motivasinya adalah Bila buku anda ditolak penerbit, jangan patah semangat. Perbaiki dan terus perbaiki sampai ada penerbit mayor yg menerima naskah buku anda. Sebagai penulis kita tak keluar uang satu sen pun bila buku kita diterima oleh penerbit mayor

Posting Komentar untuk "Jika buku ditolak penerbit"