Cara Menulis Buku ala Akbar Zainudin

Cara Menulis Buku ala Akbar Zainudin


Akbar Zainudin adalah Penulis buku Man Jadda Wajada. Alhamdulillah, berkat Man Jadda Wajada ini beliau bisa keliling ke-33 Provinsi di Indonesia. Satu yang belum; PAPUA.Menulis sejak SMA  saat di Gontor. Dilanjutkan pada saat mahasiswa. Beliau menulis buku pertama tahun 2008, yang diterbitkan Gramedia, Man Jadda Wajada. Hingga sekarang, sudah 13 buku ia tulis. Hampir semua tentang motivasi.

Langkah-Langkah dalam Menulis Buku menurut beliau adalah sebagai berikut :

     Langkah pertama :

       T. Tentukan TEMA tulisan. Setiap buku harus punya tema besar, baik buku fiksi maupun non fiksi. Tema akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir. Tema ini satu saja. Misalnya kerja keras, romantisme, cara belajar, dan sebagainya. Buku beliau kebanyakan adalah buku-buku motivasi. Kalau buku Om Jay, buku-buku pendidikan. Dan sebagainya.

2.      Langkah kedua :

ad   O. Buatlah OUTLINE atau DAFTAR ISI.
Gunanya outline:
1. Agar tulisan kita terarah.
2. Bisa buat jadwal dan target.
3. Menghindari "ngeblank" pada saat menulis.
4. Agar bukunya selesai.
Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai.
Sudah punya tema? Sudah ada daftar isinya belum?

3.      Langkah ketiga : 

ad   J. Buatlah jadwal penulisan.
Kalau daftar isi sudah dibuat, misalnya ada 30 judul artikel atau plot cerita, mulailah membuat jadwal secara riil. Katakan 1 tulisan jadwalnya seminggu selesai, buatlah jadwalnya dari 30 tulisan itu kapan mau selesai. Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.

4.      Langkah keempat :

       T. Tuliskan.
Outline sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan jadwalnya. Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak. Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.

5.      Langkah kelima :

a    Adalah R,  REVISI.
Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa.
Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku.
Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi? :
1. Data dan informasi yang kurang.
2. Tata Bahasa
3. Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
4. Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.
Ingat baik-baik. Jangan terpaku dengan satu judul artikel sampai sempurna. Selesaikan saja semua draft bukunya, apapun bentuknya. Setelah draft selesai, baru direvisi.

6.      Langkah keenam : 

      Adalah kirim ke penerbit.
Apa yang menjadi pertimbangan penerbit?
·         Paling utama adalah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca.
·         Apakah pembaca butuh buku kita?
·         Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh?
·         Buku kita menjawab kebutuhan apa?
·       Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar.
Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.
Hal kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis.
·         Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis?
·    Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Ketiga, pertanyaan…
·         Apakah perlu membayar kepada penerbit?
·         Kita tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual.
Ø  Bagaimana cara mengirim naskah?
1. Naskah harus sudah jadi.
2. Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk
Ø  Berapa lama?
Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
Menurut Akbar Zainudin kalau mau tulisannya menarik, jangan dibuat mendorong. Semua adalah tentang jam terbang dan latihan terus menerus. Beliau dan penulis lainnya sudah latihan berpuluh-puluh tahun. Hampir tiap hari menulis. Kalau dihitung dari setingkat kelas 2 SMP beliau sudah mulai belajar menulis. Jadi, hampir 30 tahun tidak berhenti menulis. Menulis adalah keterampilan. Semakin sering dilatih, akan semakin enak dibaca orang. Nah, sudah tahu rahasianya kan? Banyak-banyak berlatih. Luangkan waktu setiap hari 30-60 menit. Nanti tau-tau tulisan kita sudah bagus, tau-tau kita sudah punya naskah buku, tau-tau buku kita terbit. Tentang outline berikut outline/ struktur daftar isi  untuk naskah fiksi dan non fiksi?
Ø  Naskah Non Fiksi:
1. Opening/Pendahuluan. Berisi latar belakang, tujuan dan juga maksud penulisan.
2. Isi Naskah. Biasanya berisi teori-toeri, peristiwa aktual, analisis terhadap peristiwa, How To (Tips and Trick).
3. Kesimpulan dan Penutup.
Ø  Kalau FIKSI;
1. Tokoh
2. Karakter Tiap Tokoh
3. Alur atau plot Cerita
4. Klimaks dan Ending Cerita
Akan bagus sekali kalau dalam menulis outline meminta masukan dari teman-teman. Semakin banyak masukan, akan semakin kaya. Asal jangan semakin bingung. Kalau banyak masukan, dan bingung, bismillah, tentukan saja dan mulailah menulis. Kalaupun ada perubahan di tengah menulis, tidak apa-apa, yang penting sudah ada outline awalnya. Outline itu gambaran dasar. Jadi sangat memungkinkan untuk berubah. Boleh berubah. Yang penting, jadwal penulisannya ikut diubah juga.
Kalau kita ingin membuat buku kumpulan cerpen anak,  temanya tidak harus satu. Boleh kumpulan cerpen. Tetap harus buat outline biar cerpennya bisa bervariasi. Tidak monoton hanya satu cerita. Outline juga penting buat jadwal dan target.
Sedangkan Tema erat kaitannya denga Branding. Beliau sendiri lebih suka satu tema, biar branding kita jelas. Boleh 2-3 tema, tetapi yang terkait. Kalau kita ingin dilihat sebagai ahli pendidikan, menulislah selalu tentang pendidikan. Akbar Zainudin tema bukunya adalah motivasi dan pengembangan diri, maka hampir semua tulisan beliau tentang motivasi dan pengembangan diri. Beliau sebenarnya ada basic tentang agama dan pemasaran. Namun demikian, kalau tidak terkait dengan motivasi dan pengembangan diri, maka beliau tidak tuliskan. Fokus. Menurutnya. Fokus pada satu tema biar "personal branding" kita menjadi kuat. Kita tidak bisa menjadi semua orang soalnya. Jadi orang ahli secara mendalam dalam satu bidang itu jauh lebih baik.Kalau mau menulis sesuai idealisme, cari penerbit yang memang juga idealis. Menerbitkan memang untuk menyebarkan gagasan. Namun demikian, biasanya bukan penerbit besar. Kalau penerbit besar, memang harus kompromi dengan keinginan pasar. Atau, diterbitkan sendiri.
Kalau mau disiplin, dimulai dari pembiasaan. Buat jadwal menulis secara teratur, sekitar 30-60 menit setiap hari. Beliau biasanya menulis sebelum subuh sampai kira-kira jam 5.30 setiap hari. Setelah itu persiapan ke kantor. Harus ada waktu yang dikorbankan untuk dialokasikan untuk menulis. Kapan saja boleh, bisa pagi, siang, atau malam. Yang penting, konsisten SETIAP HARI. Dan, mulai hari ini, hilangkan kata tapi. Kalau masih ada kata tapi, masih jauh berarti.
Biasanya, buku yang diterbitkan sekitar 100 halaman minimal. Rata-rata itu sekitar 200-300 halaman. Kalau diukur dari karakter, sekitar 40.000-60.000 karakter di komputer. Karakter yang dimaksud itu huruf dan spasi. Ada namanya bunga rampai atau antologi tulisan. Ini dalam satu judul bisa berbeda-beda tema. Kalau beliau sarankan, satu buku untuk satu tema. Judulnya bisa berbeda-beda, tetapi tetap mengacu pada satu tema tertentu. Tujuannya apa, biar pembaca menangkap maksud buku secara keseluruhan. Kalau artikel hanya boleh dikirim ke satu media, baik online maupun offline. Kecuali kalau di Blog sepeti Kompasiana, boleh dikirim ke media massa yang lain. Beberapa tulisan beliau di Kompasiana diminta oleh  media untuk diterbitkan.
Kita harus menyiasati  dalam mengatur daftar isi dan jadwal yang sudah dituliskan, agar di tengah jalan tidak terganggu atau tergoda dengan artikel lain, padahal daftar isi sudah dibuat dan jadwal sudah disusun. Jika ini terjadi maka tahan godaan. Perbanyak istighfar biar tidak tergoda. Coba bisa melawan rasa malas, pasti sudah terbit bukunya. Boleh dicoba, lawan rasa malas, terus belatih, pasti tulisan kita akan jauh lebih baik setahun mendatang. Berlatihnya SETIAP HARI.
Kalau sudah punya jadwal, kan kita sudah tahu target menulisnya misalnya satu minggu satu artikel. Kalau di tengah jalan ada terpikir mau menulis satu artikel yang lain, tidak masalah. Yang penting, jadwal yang sudah kita tuliskan masih bisa kita kejar. Fokuslah pada target. Daftar isi itu bisa berubah-ubah menyesuaikan dengan pemikiran kita. Jadwalnya juga bisa menyesuaikan kalau ada pemikiran lain. Intinya, boleh menulis tulisan lain asal jadwal yang sudah kita buat tetap bisa kita jalankan.
Tips Judul yang Menarik.
1. Provokatif. Misalnya; Tips Sukses Belajar. Ini terlalu biasa. Buatlah lebih Provokatif.
Misalnya: "Kamu Gagal Terus? Ini Cara Praktis Lulus Ujian".Dan sebagainya.
2. Jelas, Tegas, dan Sederhana.
3. Kalau Judul Buku, biasanya terdiri dari 3 Kata buat Judul, kalau banyak, untuk sub judul.
contoh : MAN JADDA WAJADA:The Art of Excellent Life
Cara kita untuk meyakinkan penerbit agar buku kita bisa d terbitkan :
1.      Yakinkan buku kita akan laku. Buatlah gambaran siapa yang akan beli buku kita dan berapa banyak yang kira-kira akan terjual.
2.      Sodorkan apa yang akan kita lakukan untuk membantu proses pemasaran buku. Saya pernah ditolak di salah satu penerbit karena naskahnya kurang lengkap. Setelah saya lengkapi, saya kirim ke penerbit lain, akhirnya diterima. Setelah buku saya diterbitkan Gramedia, hampir semua penerbit lain menerima naskah buku saya, bahkan mereka yang meminta untuk dituliskan. Karena standar penerbitan di Indonesia memang Gramedia Grup. Susah? InsyaAllah kalau tulisan kita bagus, akan diterima.
Dalam menulis buku ada buku-buku yang namanya buku untuk season tertentu. Misalnya kalau mau Pemilu, buku-buku tentang tokoh akan banyak bermunculan. Ada juga buku-buku dengan tema yang "abadi", misalnya buku-buku referensi, motivasi, how to, dan sebagainya. Terma-tema ini bisa ditulis kapan saja. Tentu saja harus mengikuti perkembangan zaman. Apalagi kalau menulis tentang How To, perlu sekali menyesuaikan dengan keadaan sekarang.
Menulis itu;
1. Yang paling dikuasai
2. Yang paling disenangi
Jadi, menulis itu bagian dari sesuatu yang membahagiakan. Jangan dibuat stress. Sebenarnya tidak masalah mau menulis fiksi atau non fiksi. Yang penting kita senang menulisnya. Kalau buku Non Fiksi, ada buku-buku yang sifatnya referensi. Ini akan bagus kalau disertakan penelitiannya dan sumber-sumber ilmiahnya secara lengkap. Kalau buku yang bersifat umum, hasil penelitian dan hal-hal yang bersifat jurnal ilmiah perlu dibahasakan ulang dengan bahasa yang populer. Kumpulan karya tulis bisa dibukukan dengan berbagai penyesuaian. Buat outline terlebih dahulu, lalu petakan mana karya tulis lama yang bisa masuk outline ini dan mana yang tidak bisa masuk. Kalau tidak bisa masuk, jangan dipaksakan.
Naskah yang sudah kita kirim ke penerbit jika tidak diterima ada yang dikembalikan, ada yang tidak. Tetapi semuanya akan diberitahu baik lewat email ataupun telepon. Kalau naskah ditolak, diperbaiki saja. Lalu kirimkan ke penerbit yang sama atau ke penerbit lain. Ada satu naskah saya ditolak, saya perbaiki, lalu saya kirim ke penerbit lain, alhamdulillah diterima. Pertimbangan utama, biasanya penerbit melihat tidak cukup segmen pembelinya. Artinya secara bisnis tidak menguntungkan. Atau, pembacanya ada, tetapi naskah kita dirasa tidak cukup menarik pembaca untuk membeli. Pertimbangan penerbit yang paling utama adalah bisnis; bukunya laku atau tidak.
Jika penerbit tidak menerima naskah kita karena kurang lengkap, dan selanjutnya kekurangannya dilengkapi. Apakah boleh mengirimkan naskah yang sudah lengkap kepenerbit yang sama atau harus cari penerbit lain? Pilihan ada pada kita, boleh mengirim ke penerbit yang sama atau dikirim ke penerbit lain. Kalau saya dulu bertekad, apapun yang terjadi, walaupun ditolak berkali-kali, saya akan terbitkan di Gramedia. Alhamdulillah diterima. Yang tidak boleh adalah mengirim satu naskah yang sama ke beberapa penerbit dalam satu waktu. Tunggu dulu apakah diterima atau ditolak, baru dikirim ke penerbit lain.
Judul buku biasanya 3 kata. Kalau kata-katanya lebih banyak, dijadikan sub judul. Contoh; UKTUB: Panduan Menulis Buku dalam 180 Hari. Ada naskah yang judulnya diganti total oleh penerbit katanya biar lebih menjual. Tugas editor memang seperti itu. Kalau ada yang kurang menarik, diganti. Beberapa judul biasanya disesuaikan oleh penerbit. Kita ikuti saja. Bahkan beberapa judul artikel ada yang minta dibuang, diubah, atau ditambahkan, kita ikuti saja.
Untuk melawan rasa malas dalam menulis di Era 4.0 menuntut disiplin diri yang tinggi. Buatlah jadwal setiap hari: kapan urusan rumah tangga, urusan suami, urusan anak-anak, dan kapan untuk menulis. Dijadwalkan 30-60 menit SETIAP HARI. Saya yakin pasti bisa menjadi penulis handal. caranya :
1. Buat target
2. Buat jadwal harian jam berapa menulis
3. Jangan menunda
4. Paksakan
Dalam mengembangkan tulisannya Akbar Zainudin dari dulu, punya mentor menulis. Gurunya di pesantren. Selalu menyemangati beliau untuk menulis. Dulu, menulisnya di majalah dinding dan majalah siswa. Pas mau buat buku, ada beberapa mentor untuk menulis buku. Silakan cari mentornya. Menulis dan membaca adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Harus banyak membaca kalau ingin tulisannya bagus. Dengan banyak membaca, kita bisa lebih banyak perbendaharaan kata. Buku UKTUB diterbitkan oleh Penerbit Renebook. Ditulis lumayan lengkap proses penulisan buku mulai dari mengembangkan ide, menulis outline, membuat jadwal, menuliskan, merevisi, hingga berhubungan dengan penerbit. Ada sekitar 150 alamat penerbit anggota IKAPI yang bisa dihubungi saya cantumkan.
Kesimpulannya menurut beliau berdisiplin saja setiap hari, nanti tau-tau tulisan kita akan banyak, akan lebih baik, dan tau-tau jadi buku.

5 komentar untuk "Cara Menulis Buku ala Akbar Zainudin"

  1. Terimaksih resumenya sangat bermanfaat. teritama bagi saya yang sedang mulai konsen dengan menulis konten di blog

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Makasih bu eva, ketemu lagi. Kita yg dulu plpg bareng di singaraja.

      Hapus