Kisah guru berprestasi dengan menulis
Sigit Suryono, guru SMP Negeri 1 Wonosari Gunungkidul berbagi
pengalaman dengan berkaitan dengan keberhasilannya dalam menjadi Juara 1 Guru
Berprestasi SMP Tingkat Nasional Tahun 2015 maupun sebagai Duta Rumah Belajar
Tahun 2018 dan prestasi lain yang bisa menjadi provokator bagi orang lain untuk
mengikuti jejaknya.
Buku pertama beliau dibuat bersama sang istri selama 9 tahun
baru bisa jadi 1 buku kumpulan cerpen dengan judul "Aku ingin menghitung
rembulan" pada tahun 2017 berhasil menjadi salah satu desiminator terbaik
literasi SMP Tingkat Nasional. Sebuha buku kumpulan cerpen dengan 10 judul,
namun cerpen ini mengisahkan perjalan anak saya yang pertama Muhammad Yunus
Baskara, dari kecil sampai besar setiap ada pertanyaan yang menggelitik dan
susah untuk dijawab oleh saya maupun istri akhirnya jadi cerpen dan itupun
butuh waktu yang lama dari bayi sampai dia berumur 10 tahun. Sehingga karya
tersebut benar-benar saya jiwai dan saat presensi pada saat desiminasi tingkat
nasional bisa menjadi salah satu yang terbaik. Karena penjiwaan dan
penguasaan karya.
Betapa sulitnya beliau membuat karya.Namun itu sisi sebagai
penulis buku saya susah. Namun di sisi lain beliau sering membuat coretan
artikel, berita dan juga tutorial yang lumayan banyak diupload di web ciget.info
maupun di inobel.id
Bagaimana bisa meraih juara 1 Guru berprestasi tingkat
Nasional pada Tahun 2015 Sigit menuturkan untuk mencapai kejuaran tersebut beliau
sebenarnya mulai menyiapkan diri sejak awal saya bekerja di SMP Negeri 1
Wonosari. Tepatnya pada saat masih CPNS diminta untuk mengikuti kegiatan
seleksi simposium tingkat Propinsi DIY tahun 2006. Melihat ada peluang
yang beliau rekam dari senior-senior saat pelaksanaan simposium tersebut yaitu
banyak dari peserta simposium yang ahli dalam penelitian namun belum banyak
yang menguasai TIK, sedangkan teman-teman yang menguasai TIK banyak yang tidak
mau melakukan penelitian bahkan malas menulis laporan. Simposium pada waktu itu
diikuti oleh semua ketua MGMP SMP maupun pengurus hampir semua bidang study
yang ada di propinsi DIY dan setiap Kabupaten wajib untuk mengirimkan peserta
dalam kegiatan tersebut. Itu sebagai sebuah tantangan dan peluang bagi beliau
untuk mempromosikan diri kepada para senior, hal tersebut dikarenakan saya pada
tahun 2006 sudah menyelesaikan S2 untuk jurusan Teknologi Pembelajaran
(walaupun harus kuliah 11 tahun karena S1 hampir DO 7 tahun ditambah langsung
S2 3,3 tahun itulah senjata yang handal bagi beliau)
Jadi untuk keberhasilan awal yang beliau rasakan adalah: 1.
Pendidikan amat penting bagi kita saat akan terjun ke dunia kerja ( saya sudah
diberi senjata yang tajam oleh orang tua), 2. Pemilihan jurusan S2 yang tidak
linier bagi beliau pada saat itu karena ingin punya keahlian yang belum banyak
dimiliki oleh teman-teman di dunia pendidikan saat itu. Dari simposium tersebut
beliau mulai diminta untuk mengajar Powerpoint, flash, blog, dan lain-lain dari
sekolah-sekolah di wilayah kabapaten gunungkidul, lintas mgmp, dan juga
diminta untuk menjadi trainer kegiatan di tingkat kabupaten maupun tingkat
propinsi.
Kemudian ajang lomba mulai beliau jajaki, kegagalan setiap
mengirimkan karya, dan proposal berkali-kali. Namun pantang menyerah terus
mencari informasi lomba lewat web maupun blog tentang info lomba. Jangan tunggu
informasi dari dinas karena pasti akan terlambat. Kegagalan – kegagalan yang
ada di depan mata saat lomba, bahkan karya terbaik yang beliau buatpun masih
kalah dalam lomba padahal saat itu karya yang dibuat dirasa lebih baik dari
karya peserta lain. Inilah masalah baru bagi pemain lomba. Oleh karena itu beliau
riset kenapa selalu kalah. Mulai tahun 2009 Sigit sudah mulai mencicipi hasil
kejuaran dari tingkat kabupaten, regional, maupun propinsi, namun di tingkat
nasional beliau selalu kalah dalam 6 kali berhasil menjadi finalis lomba
tingkat nasional apa sih penyebabnya?
Saat kita benar-benar ingin mengikuti lomba tingkat nasional
maka kita harus melakukan: 1. Mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karya
yang akan kita ikut lombkan (kecuali masih tahap awal karena hanya ingin
mencoba berhasil/tidak ya gagal/tidak), 2. Karya yang kita ikutkan dalam lomba
bukan karya yang instan artinya karya yang kita buat tidak maksimal karena
hanya membuat karya saat akan ada lomba, namun siapkanlah karya yang dibuat itu
jauh hari bahkan mungkin 1 tahun pengerjaan yang di dalamnya ada jiwa dan ruh
kita, semangat kita. 3) Jika kita lolos ke nasional perlu di lihat kembali
apasih yang akan dinilai saat kita mengikuti lomba tersebut, apakah karyanya
ataukah presentasinya (hal ini sangat penting saat kita mengikuti suatu lomba),
4) Siapkan diri, pribadi, mental dan juga fokus pada lomba, 5) saat presentasi
lomba fokus pada materi yang akan kita sampaikan, jangan sampai keluar dan
menyimpang dari presentasi yang kita siapkan karena akan banyak memakan waktu.
Kegagalan-kegagalan di awal beliau mengikut lomba di Tingkat Nasional
karena pada saat pemaparan beliau sering melakukan presentasi yang keluar jalur
bukan pada pokok media atau penelitian yang dibuat misalnya( siapa saya,
prestasi apa yang saya miliki, membanggakan organisasi, sekolah, maupun yang
lainnya sehingga keluar jalur dari presentasi yang seharusnya harus fokus pada
media yang presentasikan) itu penting sekali karena beliau pernah gagal di
ajang inobel tahun 2009 saat itu beliau kehabisan waktu karena hanya
menceritakan siapa saya, dan lain-lain yang akhirnya harusnya dari teman-teman
peserta pada saat itu menilai beliau bisa masuk 3 besar ternyata tidak masuk. Pengalaman
pahit itu menyebabkab beliau melakukan evaluasi. Kalau menang jangan jumawa
karena suatu saat bisa juga kita akan kalah ketika tidak bisa kontrol diri
"AKU-nya muncul" sehingga saat presentasi di lomba lain bisa kalah
dengan orang lain.
Maka beliau menyarankan agar kita terus belajar-belajar-dan belajar,
belajar dimana saja, kapan saja dengan siapa saja" (seperti slogan Rumah
Belajar) ya.
Gambar. Penyerahan hadiah sebagai Juara 1 Guru Berprestasi
Tingkat Nasional SMP Tahun 2015 oleh Bapak Menteri Pendidikan Nasional Bapak
Anies Baswedan.
Cari
Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi pada tahun penyelenggaraan dilaksanakan jika
belum keluar pedomannya dapat menggunakan pedoman pada tahun sebelumnya. Perhatikan
langkah – langkah berikut ini :
1. Cermati
isi dari pedoman tersebut berkaitan dengan proses penilaian dari tingkat
Kabupaten, Tingkat propinsi, dan tingkat Nasional.
2. Buat
portofolio 8 tahun terakhir sesuai dengan ketentuan dari buku pedoman pemilihan
guru berprestasi.[ kumpulkan semua karya bapak ibu guru yang sudah dibuat
selama 8 tahun terakhir, untuk bukti fisik berupa Surat tugas, piagam, dll,
diligalisir oleh atasan langsung].
Untuk
tahun 2015 syarat portofolio kita adalah 8 tahun. itu hal yang menantang bagi
peserta gupres maka penting untuk mengarsipkan semua kegiatan yang pernah kita
lakukan dari tahun ke tahun ( alhamdulillah karena pengalaman tahun 2006
tersebut beliau masih memiliki semua arsip yang dibutuhkan untuk mengikuti
gupres, seperti undangan, catatan singkat/ laporan singkat setiap kegiatan yang
dikuti, foto, video dan dokumentasi, piagam dan sertifikat yang lain selama 8
tahun tersebut hampir semuanya lengkap sehingga memudahkan untuk menyusun
portofolio tersebut)
3. Persiapkan
naskah inovatif dan sesuaikan cara penulisannya sesuai dengan kaidah penulisan
masing-masing karya. Tampilkan karya inovasi terbaik yang bapak/ ibu guru
miliki dan selalu memperhatikan dari buku pedoman pemilihan guru berprestasi
tingkat nasional.[ karya bisa berupa PTK, best practice, maupun penelitian yang
lainnya seperti penelitian eksperimen, penelitian R&D, dll] jangan lupa
buat presentasinya menggunakan Ms Powerpoint atau yang lainnya.
4. Buat
makalah evaluasi diri mengapa saya layak sebagai guru berprestasi dengan tema
dan tata penulisan sesuai dengan ketentuan pedoman guru berprestasi. [ jika
dalam pedoman tidak ada makalah evaluasi diri maka makalah ini tidak perlu
dibuat]
5. Persiapkan
video pembelajaran untuk satu tatap muka yang mencerminkan proses pembelajaran
yang benar sesuai dengan rpp yang kita buat. [ syarat yang maju ke tingkat
nasional]
Setelah itu semua siap maka hal yang kita lakukan adalah
melalui tahapan-tahapan seleksi guru berprestasi dari tingkat kabupaten sampai
nasional yaitu:
1. Kegiatan
penilaian di masing-masing jenjang seperti yang sudah beliau ikuti pada tahun
2015 meliputi:
- Lomba Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Gunungkidul:
1) Test
tertulis meliputi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional
2) Test
Wawancara meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Prefesional, Kompetensi
Sosial, dan Kompetensi Kepribadian
3) Presentasi
dan wawancara Karya Tulis Ilmiah.
Lomba Guru Berprestasi Tingkat Propinsi DIY
1) Test
tertulis meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi
Kepribadian dan Kompetensi Profesional
2) Test
wawancara meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi
Kepribadian dan Kompetensi Profesional
3) Psikotest
4) Presentasi
dan wawancara Karya Tulis Ilmiah.
Lomba Guru Berprestasi Tingkat Nasional
1) Test
tertulis meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian
dan Kompetensi Profesional
2)
2. Test
wawancara meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Sosial, Kompetensi
Kepribadian dan Kompetensi Profesional
3. Psikotest
4. Presentasi
dan wawancara Karya Tulis Ilmiah.
Jika ingin melihat komponen portofolio yang saya gunakan
untuk lomba gupres tahun 2015 dapat dilihat di web saya : Contoh Portofolio
Gupres http://ciget.info/wp-content/uploads/2016/04/3.pdf
Ketika kita gagal meraih sesuatu kuncinya adalah belajar,
belajar dan belajar terus. Saat presentasi karya yang paling utama dinilai adalah
penguasaan pada karya kita itu sendiri adalah nilai yang utama, kebanyakan kita
gagal saat presentasi karena kita kurang menguasari karya kita secara detail
baik dalam file presentasinya maupuan laporan yang kita buat. (hal ini bisa
terjadi dikarenakan kita merasa bahwa kita sudah menguasai karya yang kita buat
sendiri tanpa di baca ulang, tanpa dipahami ulang) maka saat akan presentasi
jauh hari saya sudah membaca berulang-ulang dan juga mencoba mempresentasikan
secara tepat dan durasi waktu yang kita butuhkan kita mempraktekkan juga
presentasi yang akan kita lakukan secara berulang ulang untuk menghindari noise
"gangguan" baik dari diri sendiri misal nerves dan kurang siap, mapun
dari alat yang kita gunakan untuk presentasi seperti file error, laptop
bermasalah, listrik mati dll"), 2. Perlu memperhatikan pertanyaan yang di
ajukan oleh juri kita jawab dengan baik jika kita sudah siap.
Jika persiapan yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan
tema lomba: pasti akan muncul nerves dan mental down. Kalau judul yang kita
buat lolos masuk ke tahap selanjutnya untuk dipresentasikan di ajang lomba
walupun temanya salah. Hal ini pernah dialami teman dari daerah sumatra saat
lomba Forum Ilmiah Guru Tingkat Nasional tahun 2013. Beliau salah tema, salah
penelitian namun tetap bisa lolos ke nasional yang beliau lakukan adalah tetap
menyampaikan materi presentasi dengan mantap, fokus dan saat ditanya oleh juri
temanya kok tidak sesuai dengan tema lomba, beliau menjawab dengan tenang, dan
fokus walaupun tidak juara, namun intinya kita menguasai betul karya yang kita
buat dan kita kerjakan dan berusaha secara maksimal mempresentasikan pada ajang
lomba tersebut.
Sigit punya motto “Menang
cacak kalah cacak" dan juga dorongan motivasi yang kuat dari istri
yang siap mereview karya yang beliau buat kebetulan istri satu jurusan di
Teknologi pembelajaran mereka bersinergi
dengan baik.
Untuk
gupres berdasarkan pengalaman Sigit mengikuti seleksi 2 kali tahun 2013 baru
juara 2 tingkat kabupaten, kemudian mengikuti kembali tahun 2015 yang
diajukan oleh kepala sekolah untuk mengikuti seleksi tingkat kabupaten karena
pada tahun tersebut tidak ada guru di sekolahnya yang mau (sebelumnya digilir
pertahun sudah ditunjuk oleh KS 2 tahun sebelum lomba gupres), sehingga KS meminta
beliau untuk maju di tahun 2015 dan alhamdullillah lebih siap dan lebih komplit
dari tahun 2013 sehingga bisa jadi juara 1 di kabupaten sampai juaran 1
nasional. Lawan di kabupaten th 2015 saya 22 orang guru, di propinsi 5 guru (di
DIY hanya 5 Kabupaten) di Nasional th 2015 ada 33 propinsi. Tahun 2015 saat
juara 1 kabuaten tidak ada penghargaan dalam bentuk rupiah. Beliau menerima
penghargaan dalam bentuk plakat saja, dan diberi baju batik, sementara saat di
propinsi saat juara 1 dapat uang pembinaan 5 juta itupun diterima tidak
langsung sehingga saat ke nasional masih tetap biaya sendiri. Namun beliau sudah
terbiasa lomba dengan biaya sendiri yang dibutuhkan adalah surat ijin, maupun
surat tugas dari atasan sehingga kita legal untuk mengikuti kegiatan berbagai
lomba.
Pendidikan tidak terlalu berpengaruh pada gupres walupun
nilai untuk S1, S2, maupun S3 berbeda itu saat penilaian portofolio, namun jika
karya kita lebih baik dan lebih banyak, serta saat presentasi kita lebih baik
dari yang memiliki pendiidkan lebih tinggi, maka kita pun pasti akan jadi
juaranya. hal ini beliau ketahui karena beliau jadi juri untuk seleksi gupres
di kabupaten gunungkidul dari tahun 2016-2018. Namun beda dareah beliau juga
tidak bisa menjawab mungkin ada subjektifitas berkaitan dengan pendidikan. Namun
jika petunjuk peniliaan di pedoman gupres digunakan selisih pendidikan hanya
sedikit dan bisa dikejar dengan karya dan produk yang lain.
Dibalik
keberhasilannya ada orang – orang yang berpengaruh yaitu: 1. Bapak-ibu yang
sudah mempercayai untuk belajar terus walaupun hampir gagal (DO), 2. Istri yang
terus memotivasi dan mereview penelitan dan karya, 3. Keluarga besar sekolah dari
KS, Guru dan siswa yang membebaskan beliau untuk selalu bereksprerimen dan
berinovasi, dan dinas Dikpora baik propinsi maupun kabupaten yang memberi
kesempatan untuk berbagi ilmu. Gupres sebenarnya bukan pilihan namun itu semua
merupakan rekam jejak selama mengajar, berinovasi, dan juga melakukan
penelitian. Hal itu karena dorongan bapak ibu beliau agar selalu disiplin untuk
naik pangkat setiap 2 tahun sekali dan beliau pernah membantu ibunya saat masih
kuliah pemberkasan ke IV b ibu, sehingga mengikuti jejak ibunya untuk menyimpan
hampir semua arsip yang penting dan ternyata dapat dimanfaatkan di kemudian
hari tepatnya tahun 2013 dan 2015.
PTK
PTK seharusnya yang benar adalah yang dilakukan sesuai dengan
apa adanya bukan dibuat-buat nilanya. Sehingga laporannya bisa digunakan untuk
dupak dan pengembangan diri. Buku dan karya sastra hanya sebagian kecil dari
Karya ilmiah maupun publikasi ilmiah. Pada saat mengikuti seleksi gupres tahun
2015 Pak Sigit tidak mempunyai buku maupun karya sastra namun beliau
menggunakan berbagai artikel yang ditulis di blog ciget.info, sedangkan untuk
hal yang menonjol yang memang kekuatan paling besar adalah di bidang TIK dan
karya saya yang paling banyak adalah media pembelajaran : http://ciget.info/wp-content/uploads/2016/04/3.pdf
Membuat power point harus kita siasati dengan melihat waktu
presentasi sehingga biasanya 10 menit, maka untuk mensiasasi penting untuk
belajar infografis sehingga informasi yang kita buat bisa menampilkan hampir
semua karya kita dengan sedikit slide. biasanya yang dibuat slide hanya di bab
1, bab III, IV, dan V
Saat ini Pak Sigit juga menjadi DRB jika ada bapak /ibu guru
yang ingin mengikuti jejaknya bisa ikut seleksi Duta Rumah Belajar melalui web
simpatik.belajar.kemdikbud.go.id selanjutnya mengikuti seleksi tiap level dari
level 1 sampai level 4, dan jangan lupa tulis semua aktivitas dan kegiatan kita
saat mengikuti seleksi tiap level tersebut di web/ blog kita, selanjutnya kita
kita melakukan sosialisasi ke sekolah kita dan beberapa sekolah yang ada di
sekitar kita jangan lupa tetap di catat dan ditulis serta ada foto ataupun
video yang kita buat dan di publish di web / blog. Itu akan berguna saat
kita terpilih menjadi DRB karena akan ada seleksi kembali untuk memilih yang
terbaik, terinovatif maupun terkreatif. Beliau mendapatkan yang terinovatif
pada saat itu karena semua kegiatan yang dilakukan tercatat dan bisa
ditampilkan pada panitia seleksi DRB.
Untuk menghadapi pertanyaan dari juri yang tidak bisa kita
prediksi kita harus "improvisasi " pertanyaan juri yang tidak kita
prediksi maka kita harus tetap tenang, dan fokus, serta berusaha menjawab
sebaik mungkin pertanyaan juri tersebut dengan jujur.
Best Practice
Tema
Best Practice beliau Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek untuk Meningkatkan
Keterampilan Abad 21 namun yang terpenting untuk BP mengacu pada tahun lalu
jika belum ada pedoman gupres tahun ini, dan tinggal menyempurnakan BP tahun
yang lalu dengan inovasi bisa di tampilan, di presentasi, maupun perbaikan
naskah. Saat ini guru semakin banyak yang berkarya, beinovasi maupun memiliki
prestasi yang baik. Peran Kepala Sekolah penting namun yang lebih utama
adalah diri kita sendiri sejauh mana kita akan maju dan berkembang tentu hal
itu dari diri kita sendiri.
Bagi para guru teruslah belajar, berkolaborasi dan berbagi
agar ilmu yang dimiliki agar bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Bekalilah
muridmu sesuai dunianya, karena mereka akan hidup di zaman mereka yang sangat
berbeda dengan zamanmu. dan jangan lupa Belajar dimana saja, kapan saja,
dengan siapa saja ("Rumah Belajar")
Jika
ditanya apalagi target capaian yang ingin diraih Pak Sigit mengatakan target
mencari bonus misalnya Desiminasi adalah bonus, DRB adalah bonus. Kita tetap
berkarya siapa tau bisa mencari bonus yang lain. Proposal saya hari ini bisa lolos
untuk mendapatkan untuk research grants dari seaqis P4TKIPA yang diumumkan hari
ini itu adalah juga bonus. Maka karena target sudah tercapai tetaplah bekerja,
berkarya dan berikhtiar siapa tau bisa berguna dan bermanfaat kedepannya.
Wahhhh hebat Buuu
BalasHapusTerima kasih kunjungannya
BalasHapus