Bukan Cinta Buta
Hujan sudah turun sejak sore tadi. Dimulai dengan gerimis manis sampai deras yang menghempas. Kamis sedang duduk santai menikmati donut sambil menemani buah hati menonton kartun melayu, dari semua tayangan di stasiun tipi lain di jam yang sama kami rasa sedikit lebih baik. Ya ada beberapa scene yang sebenarnya tidak sesuai dengan hati kami sebagai orang tua. Seperti scene saat si kakak menampar kedua adiknya meskipun tidak terlihat nyata dan hanya diwakili suara saja. Siapa sangka bocah 4 tahun itu bisa menjelaskan apa yang kira - kira terjadi. Disanalah fungsi kami sebagai orang tua memberikan pemahaman tentang kenapa ada yang menggunakan kekerasan untuk menegaskan sesuatu.
Kami mungkin baru beberapa tahun diberi kepercayaan menjadi orang tua. Tapi kami punya komitmen dalam mendidik anak - anak dengan belajar dari sumber - sumber yang bisa dipercaya. Kami terbuka atas masukan dari keluarga dan orang tua yang tidak bisa kita kesampingkan perannya dalam membentuk karakter anak. Namun, kami tetap memberi batasan sampai sejauh mana mereka boleh terlibat. Jangan sampai anak - anak menjadi punya 'tempat' untuk berlari saat orang tuanya bertindak tegas terhadap mereka. Apalagi bagi yang tinggal dekat dengan orang tua atau bahkan tinggal bersama orang tua pasti sering mengalami situasi dimana misalnya anak bertindak tidak sopan terhadap orang lain lalu kita tegur dan beritahu si anak malah kabur meminta perlindungan pada kakek atau neneknya. Idealnya kakek atau nenek yang tau situasinya akan mendukung tindakan kita dengan memberikan pemahaman yang sama, tapi pengalaman saat sharing dengan teman - teman yang memiliki usia anak yang sama dalam kasus seperti ini kebanyakan orang tua justru balik jadi sasaran kemarahan kakek atau nenek dan anak merasa menang karena ada yang membelanya. Kita jadi kehilangan kesempatan mendisiplinkan anak. Karena enggan bersinggungan dengan orang tua. Jika hal ini didiamkan saja khawatirnya akan jadi boomerang buat kita suatu hari nanti.
Orang tua kita jelas punya pengalaman puluhan tahun mengasuh kita sampai sebesar ini. Tidak ada pola pengasuhan yang salah atau paling benar kita tetap harus memperhatikan faktor sekitar juga. Saya lebih memilih pola pengasuhan disesuaikan dengan watak anak dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Jaman saya kecil buku jelas lebih menarik dibandingkan tipi hitam putih milik kakek saya. Sehingga orang tua saya tidak sulit menyuruh saya membaca buku. Bandingkan sekarang anak - anak sudah lebih familiar dengan youtube dan kartun favoritnya. Bayi saya yang baru 1,5 tahun terbiasa mengganti kanal tipi sesuai yang dia mau.
Tidak sedikit orang tua baru yang tertekan karena tidak bisa mengontrol anak - anaknya saat ketergantungan pada gadget. Saya pun membuktikan gadget memudahkan kita kalau cuma ingin anak duduk tenang tanpa menggangu aktifitas kita yang lain. Tapi ini bukan solusi bijak. Saya punya seorang kenalan yang anaknya meninggal saat duduk di kelas 5 SD. Anak tersebut meninggal tanpa gejala sakit, sehari - harinya anak tersebut sehat. Tiba - tiba saja pingsan lalu koma. Hasil pemeriksaan katanya anak ini mengalami kerusakan di jaringan otak karena radiasi dari bermain tablet yang terus - menerus dalam jangka waktu lama. Saya juga pernah menemukan seorang balita 3 tahun di ruang perawatan anak dengan kondisi mata bengkak hingga ke wajah. Tadinya saya kira terjatuh atau kena sengatan serangga. Ternyata ini juga efek terlalu lama bermain smartphone tanpa pengawasan.
Kita tidak mungkin menjauhkan anak - anak dari gadget. Tapi kita punya kuasa untuk mengatur waktu dan durasi anak jika ingin bermain ponsel. Lebih baik lagi jika kita bisa mengganti ponsel dengan mainan lain yang lebih bermanfaat dan menyenangkan bagi anak. Kita bisa menggunakan buku anak atau mainan edukasi yang diseauaikan dengan usia anak. Sayang anak itu jelas penting tapi jangan sampai cinta buta hingga memberikan apa saja yang anak mau dan membiarkan anak melakukan apa saja yang mungkin membahayakan mereka di kemudian hari.
Posting Komentar untuk "Bukan Cinta Buta"