Menjawab Tantangan
Ada yang bilang hidup itu gak seru kalau gak ada tantangan, bagaimana menurut readers? Yang dimaksud dengan tantangan disini tidak selalu terkait dengan hal ekstrim ya. Meski pengertian ekstrim disini relative kembali lagi ke masing – masing individu. Elly yang biasa tampil di depan umum dan bersuara bagus tidak akan sungkan jika mendadak diminta tampil menyanyi di sebuah acara. Sementara kadek yang sama sekali tidak suka keramaian akan memilih berkutat di balik monitor untuk menyelesaikan layout tugas – tugasnya daripada tampil walau hanya melambaikan tangan ke kamera. Asep yang suka music memilih memperbaiki gitar listrik yang rusak daripada diajak memancing. Perumpamaan tadi hanya beberapa contoh yang kita temukan sehari – hari bahwa tantangan itu pun tidak selalu menarik bagi tiap orang.
Namun ada sebagian orang yang merasa baru bisa move on dari sebuah situasi ketika dipaksa atau ditantang. Belakangan ini saya pribadi sedang menekuni dunia menulis. Hasil menulis ini saya dokumentasikan di blog www.ninghhani.blogspot.com blog yang sudah dibuat sejak 2011. Rasa percaya diri menulis ini muncul sejak mengikuti kelas menulis. Bahkan dari kelas menulis akhirnya saya terlibat dalam pembuatan buku antologi berjudul “Bunga Rampai Pembelajaran Daring di Era Pandemi” dan Antologi Cerita Penanda Sejarah “LOCKDOWN”, saya juga menyelesaikan buku solo perdana berjudul “Belajar Menulis Via WAG dalam 20 Hari”. Dimana testimony buku ini disampaikan Bapak Wijaya Kusuma atau yang lebih dikenal dengan nama Om Jay seorang guru, penulis, blogger dan juga trainer yang menjadi salah satu founder KSGN (Komunitas Sejuta Guru Ngeblog). Dari 3 buku yang saya tulis temanya berbeda, ada fiksi, ada true story dan yang terakhir terkait dengan menulis dan menerbitkan buku. Kalau dikaitkan dengan kompetensi, background pendidikan, dan jenjang karir yang menuntut kompetensi professional ketiga buku ini belum bisa menggambarkan atau bahasa kerennya mem-branding apa yang sedang saya kembangkan saat ini.
Untuk mengembangkan kompetensi saya mengajak teman saya untuk menulis buku. Bukan tanpa alasan, sebagai pendidik kami tentu saja harus mengembangkan diri. Apa lagi saat ini pendidikan sudah masuk pada era 4.0 dimana pembelajaran sudah menggunakan system STEAM. Jelas kita memerlukan banyak literasi yang sesuai dengan bakat dan minat. Selama ini literasi dalam bahasa Indonesia terbatas. Mengatasi hal ini salah satu caranya adalah menulis buku tentang topik yang kita kuasai. Dan berani menulis tentang sesuatu atau pengetahuan yang baru. Dengan menulis kita akan belajar lebih detail dan lebih banyak. Topik yang ingin dikembangkan oleh teman saya adalah Cryptocurrency. Selama ini kata cryptocurrency tidak familiar di telinga kita, tapi kalau bicara bitcoin banyak orang yang sudah tahu bahwa bitcoin ini adalah mata uang virtual. Untuk menulis materi ini tentu kita perlu menyusun draft dan riset terlebih dahulu. Hal – hal lain mengenai Cryptocurrency akan saya bahas di tulisan saya berikutnya.
Paket komplit, nyanyi dulu trus belajar ilmu komputer dikit dari kadek, ikut nimbrung yg lg stem gitar dan ditulis jadi buku. Pas mantap
BalasHapusBlended ya bu Elly
Hapus