Guru Merdeka Belajar : Pernah Jadi Murid
Program guru belajar dan berbagi seri merdeka belajar dirancang untuk menjawab persoalan yang dialami guru dalam menjalankan tugas-tugasnya. Guru memiliki berbagai tugas dan tanggung jawab terkait pembelajaran dan juga administrasi yang keduanya harus diselesaikan dengan baik. Sering kita lihat seorang guru yang sudah bertahun-tahun menjalani profesinya tidak mengalami perkembangan dalam karirnya. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, tidak punya cukup waktu untuk mengembangkan potensi diri, terjebak dengan tugas-tugas yang tidak ada habisnya, masalah keluarga, mengikuti pelatihan yang tidak sesuai dengan bidangnya dan masih banyak lagi hal yang dapat menghambat karir seorang guru.
Ketika menjadi murid kita datang sebagai murid yang rajin sejak SD sampai SMA tentu banyak pengalaman yang dirasakan saat menjadi murid. Kita bertemu dengan guru-guru dengan karakter berbeda. Saya pernah bertemu dengan Beberapa memberi kesan dalam hati hingga dewasa petuah mereka masih kita ingat. Saat menjadi guru kita ingin punya murid yang disiplin dan berprestasi. Namun sebenarnya apakah tujuan pendidikan yang ingin kita capai? Sebagai pendidik penting bagi kita untuk mereflesikan dan menetapkan tujuan pendidikan baca penjelasannya di Miskonsepsi Belajar dan Konsep Tujuan Pendidikan.
Guru Galak Vs Guru Merdeka
Kita semua pernah menjadi murid, coba ingat kembali saat-saat mengenyam pendidikan. Kita mungkin pernah bertemu guru yang disebut "Killer" alias guru galak. Pada waktu saya sekolah saya menyematkan istilah ini pada guru yang melempar muriddengan penghapus. Kejadian itu berlangsung saat pelajaran Sejarah, guru sedang menjelaskan tentang manusia purba. Seketika murid-murid yang duduk dibelakang ricuh saat lidah mereka kesulitan menyebutkan Megantrophus Palaeojavanicus dan kawan-kawannya. Kami pun yang hanya mendengar ikut tertawa. Guru tersebut memang tidak melemparkan penghapus tersebut ke murid tapi mengenai jendela. Menimbulkan suara yang cukup membuat terkejut karena jendela kelas kami terbuat dari kaca. Pernah juga saya bertemu guru yang suka sekali berbicara dengan suara keras dan penuh ancaman. Seolah-olah kalau kami lengah sedikit saja habislah kami dikelas itu. Sayang sekali padahal guru tersebut mengajar mata pelajaran yang sangat saya sukai. Meskipun nilai-nilai saya pada mata pelajaran tersebut baik-baik saja tapi kondisi kelas penuh dnegna tekanan. Jadi tidak nyaman saat belajar. Ada teman saya yang bahkan selalu ingin ke toilet saat pelajaran berlangsung. Ketika menjadi guru tentu saya tidak ingin murid saya mengalami hal-hal kurang mengenakkan yang pernah saya alami sebagai murid.
Selama menjadi guru saya pun pernah mengalami hal tidak mengenakkan seperti tidak diterima oleh murid. Bagaimana saya tahu hal itu terjadi? Biasanya kita bisa menangkap itu dari kesan pertam ketika masuk kelas. Perhatikan wajah-wajah murid kita? Apakah mereka kelihatan bersemangat?bahagia?ataukah cemas yang nampak. Sejak awal mengajar saya memang memegang mata pelajaran TIK (Teknologo Informasi dan Komunikasi) yang pada K13 berganti menjadi format bimbingan TIK dan kini menjadi Mata Pelajaran Informatika. Di pelajaran saya sebenarnya antusiasme lebih besar dibandingkan dengan penolakan. Penolakan terjadi karena murid belum mengenal karakter gurunya dan takut dengan materi yang akan diajarkan. Efeknya pada saat pelajaran berlangsung murid tersebut tampak resah dan tidak nyaman berada di kelas. Kalau kita tanyakan secara langsung juga jadi insecure dan kelihatan ingin sekalai pelajaran cepat berakhir. Ketika mengalami hal tersebut biasanya saya melakukan perdekatan secara persuasif dengan mengajak mereka mengobrol diluar jam pelajaran. Atau memberikan perhatian saat dikelas sambil menggali informasi apa yang dibutuhkan murid tersebut untuk merasa nyaman berada di kelas saya.
Selain mengetahui karakter peserta didik penting juga bagi guru untuk memperbarui cara pengajaran yang disampaikan. Refleksikan diri anda sebagai murid yang anda ajar. Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak berani disampaikan murid kepada guru. Seperti apakah guru hanya memberikan nilai berdsarkan hasil ulangan? Apakah guru memeriksa semua tugas saya?. Lalu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu kita sampaikan dengan baik supaya maksudnya bisa dipahami murid kita. Hal ini adalah salah satu hal yang membedakan guru galak dengan guru merdeka. Jika guru galak tidak mempedulikan perasaan muridnya apapun kondisinya dan fokus pada pencapaian materi dan nilai. Gurur setipe guru galak seringkali kita terjebak untuk mengejar nilai dengan mengabaikan kenyamanan murid dalam menuntut ilmu yang penting tujuan tercapai. Dengan mereflesikan diri berpikir dan berperilaku sebagai murid guru dapat memahami apa yang harus dan tidak seharusnya dilakukan. Agar apa yang ditetapkan dalam tujuan pembelajran dapat tercapai. Guru senang berbagi, murid senang dapat ilmu.
Posting Komentar untuk "Guru Merdeka Belajar :Pernah Jadi Murid"